Sabtu, 27 Juli 2013

Bapak Dirgantara Indonesia

Mungkin para pembaca sedikit asing dengan orang yang akan saya bahas ini, Beliaulah Nurtanio Pringgoadisuryo yang mendapatkan gelar sebagai Bapak Dirgantara Indonesia, mungkin pembaca mengira bila Bapak Dirgantara Indonesia ialah B.J. Habibie, persepsi tersebut harus kita luruskan.

Nurtanio Pringgoadisuryo (lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923 – meninggal 21 Maret 1966 pada umur 42 tahun adalah sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun 1947. Ia membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia yang dinamai Sikumbang, disusul dengan Kunang-kunang (mesin VW) dan Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.

Nurtanio memperoleh gelar Akademi ”Doctor in Aeronautical Engineering” dari FEATI Institute of Technology, Manila. Dari tidak sedikit pesawat rancangannya, ada pesawat terbang yang sangat membanggakan dan merupakan ambisi profesinya yang berhasil dibuatnya yaitu pesawat tempur anti gerilya. Pesawat terbang tempur ini dinamakan “si Kumbang” . Tepat tanggal 1 Agustus 1954 pesawat si Kumbang diterbangkan untuk pertamakalinya oleh seorang “test pilot” professional berkebangsaan Amerika. Disamping itu, Nurtanio juga merancang pesawat terbang latih yang diberi nama Belalang. Uji coba terbang pertama dilakukan oleh Nurtanio sendiri pada tanggal 26 April 1958 di Pangkalan Udara Husein Sastranegara Bandung. Tidak itu saja, Nurtanio telah pula merintis pembuatan sebuah pesawat terbang yang diperuntukkan bagi kegiatan olah raga dirgantara. Pesawat yang merupakan pengembangan dari jenis pesawat terbang terdahulu dan diluncurkan dengan nama “Si kunang”. Pesawat yang hampir seratus persen merupakan produk yang “hand-made” ini dapat diselesaikannya pada tahun 1958.

Nurtanio gugur pada suatu kecelakaan pesawat terbang pada tanggal 21 Maret 1966, ketika menerbangkan pesawat Aero 45 atau Arev yang sebenarnya buatan Cekoslowakia, yang telah dimodifikasi dengan memberi tangki bahan bakar ekstra. Pesawat ini sebenarnya akan digunakan untuk penerbangan keliling dunia, dan Nurtanio mengalami kecelakaan saat kerusakan mesin, dia berusaha untuk mendarat darurat di lapangan Tegallega Bandung namun gagal karena pesawatnya menabrak toko. Namanya kini diabadikan oleh salah satu perguruan tinggi bidang kedirgantaraan di kota Bandung, yaitu Universitas Nurtanio Bandung. Catatan tambahan, IPTN dulunya merupakan singkatan Industri Pesawat Terbang Nurtanio sebelum akhirnya diganti menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara / PT.DI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar